Senin, 28 Juni 2010

Pendidikan Islam Tanggung Jawab siapa?


Pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya Pendidikan adalah merupakan suatu proses para generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan berbeda dengan pengajaran, pengajaran adalah sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sementara.Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yanglebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjtnya diperinci lagi kedalam silabus dari berbagai materi bimbingan.
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:
1.Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu dsb.
2.Nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
3.Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.
Karakteristik pendidikan Islam:
1.penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasr ibadah kepada Allah swt.
2.penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3.pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian.
4.pengamalan ilmu pengetahuan atas dasr tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia.
Pendidikan adalah
Pendidikan Akhlak adalah sumber dari segala kurikulum pendidikan yang ada, saat ini pendidikan akhlak hanya dibebankan kepada guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ), Atau Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn), padahal kalau kita telaah bahwa pendidikan akhlaq adalah bukan hanya tanggungjawab seorang guru PAI atau Pkn, tetapi sudah merupakan tanggung jawab semua pelaksana lapangan pendidikan yang ada disuatu sekolah /madrasah. Dua jam dalam satu minggu masih kurang jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang ada dalam suatu kurikulum KTSP ( kurikulum Tingkat satuan Pendidikan ) contonya :
1 PAI 2 Jam
2 Pkn 2 Jam
3 B. Indonesia 4 Jam
4 B. Inggris 4 Jam
5 IPA 3 Jam
6 IPS 3 Jam
7 Penjaskes 2 Jam
8 Seni Budaya 2 Jam
9 Keterampilan/TIK 2 Jam
10 Mulok
a. Bhs. Sunda 2 Jam
b. Mulok Pilihan 2 Jam


Dibandingkan dengan yang lain PAI memang hanya mendapatkan porsi 2 jam pelajaran saja, bagaimana guru PAI akan optimal dalam mengubah akhlak para peserta didik sementara jatah waktu yang diberikan hanya 2 jam saja, kalau kita perhatikan dibeberapa sekolah memang tidak terkontrol karena memang beberapa factor. Factor yang paling utama dalam pembentukan Akhlak para peserta didik adalah:
1. Faktor Keluarga ( Rumah tangga ) alangkah sangat berperan penting keluarga ( rumah tangga dalam pembentukan akhlak dan pribadi para peserta didik, sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan di rumah bisa kita hitung berapa jam yang mereka habiskan di sekolah/ madrasah paling banyak juga hanya 6 jam saja. Dan sisanya mereka habiskan dirumah. Maka keluarga disini lebih banyak harus berperan terutama orangtua.
2. Faktor Lingkungan, mungkin dari sisa seian jam mereka habiskan dengan teman-teman sepermainanya di lingkungan, pengawasan pun harus senantiasa diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya, dengan siapa mereka bergaul harus diperhatikan. Karena lingkungan pun bisa mempengaruhi dalam perubahan tingkah laku atau akhlak.
3. Faktor Sekolah, Mungkin dalam hal ini sebagai orang tua pun harus bisa memilih dan memilah harus kemana anak disekolahkan, karena tidak sedikit sekolah yang memberikan peraturan longar kepada peserta didiknya istilahnya ada sekolah 810 masuk jam 8 pulang jam 10, ini harus dikajikan dan dijadikan bahan penilaian orang tua dalam memilih sekolah untuk pendidikan anaknya. Cari sekolah yang ketat dalam kedisplinan, studi banding banyak bertanya kepada alumni-alumni sebelumya atau orang tua yang pernah menyekolahkan anaknya kesekolah trsebut, karena pada saat ini tidak sedikit orang tua menyekolahkan anaknya bukan dilihat dari segi kualitasnya tetapi kuantitasnya, kumaha ramena, dan mengikuti kehendak anaknya padahal belum tentu sekolah yang dipilih ankanya adalah sekolah yang baik. Biasanya anak hanya melihat teman-temanya ata pengaruh lain.
Dan sekolah sendiri biasanya selalu menampung sebanyak mungkin pendaftaran tanpa melihat local yang ada atau bahkan melihat kualitas peserta didik, mungkin apabila inputnya baik kemungkinan besar kan mengahsilkan ouput yang bagus pula bila proses yang dilakukan juga okay. Disini perlu ada kerja sama yang baik dari berbagai hal untuk mendapatkan input yang baik yaitu guru dilibatkan untuk ,elakukan pretes kepada seluruh pendaftra karena tidak sdikit siswa yang diterima ditingkat lanjutan tarulah SMP tidak bisa Baca Tulis, nanti siapa yang akan kewalahan tentunya guru yang ada disekolah tersebut. Kemudian siswa dibatasi disesuaikan dengan kemampuan local yang ada karena bagaimana guru bisa melakukan Proses pembelajaran yang nyaman apablila dalam satu kelas mungkin over loaded , dari sini kita dapat menilai inpunya bagus, jumlah siswa dalam setiap kelas sesuai dengan standar maka kualitas sekolah bisa dipertanggung jawabkan. Kemudian adanya pengawasan terhadap Proses belajar Mengajar, bagaimana guru mengajar, apakah selalu hadir, setiap jam pelajaran atau kebanyakan ngobrol di ruang guru. Materi ajar yang disampaikan apakahsesuai dengan silabus, atau jangan-jangan buku pegangannya siudah tidak sesuai dengan Kurikulum, Ini penting sekali dalam peningkatan kulalitas peserta didik. Kepala sekolah sebagai Supervisor tentunya diharapkan bisa melakukan hal ini, Bukan hanya sekedar memikirkan berapa banyak siswa yang harus masuk kesekolah ini? bukan memikirkan inovasi apa yang harus saya lakukan untuk meghasilkan lulusan yang berkualitas? yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Alangkah piciknya bila satu sekolah hanya memikirkan bisnis semata sementara kualitas anak jarang menjadi pertimbangan padahal sungguh berat sekali tugas pengelola sekolah diantaranya Kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan pelayan yang terbaik untuk peserta didik serta mampu memberikan inovasi-inovasi baru dalam peningkatan kualitas peserta didik dan para pengajarnya.

Bersabarlah Selalu ada ujian yang akan menghantarkan kita menuju keberhasilan. apapun itu bentuknya sudah sebaiknya kita menerima dengan leg...