Kamis, 22 Maret 2018

Minggu, 18 Maret 2018

Aki Penjual Kacang Rebus

Duh lagi lagi di buat mewek termehek mehek 😭😭



Diperjalanan ketemu sama Aki aki yang menjual Kacang, yang masih semangat mengais rezeki..

Duh Aki, semoga dagangannya laris, rezeki yang di dapat berkah.

Satengah liter kacang 10rb rupiah, belum proses masak nya perlu waktu berjam jam, keuntungan yang di dapat tidak seberapa, Aki harus mendorong roda sepanjang jalan, tidak kebayang kalau harus mendorong di jalanan menanjak. Aduh Aki yang kuat yang sehat.


Inget Abah di rumah, aduh... 😭😭😭

Semoga Abah selalu sehat, di beri umur panjang yang berkah, maaf kan aku yang belum bisa membahagiakan mu..

Sabtu, 17 Maret 2018

Untuk Kita Renungkan

Coba sempat kan membaca.... 
Ini sangat menginspirasi 

Tulisan Prof. Quraish Shihab, yang bagus sekali :

"Keberuntungan" kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. 
Karena itulah takdir mereka.

Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu
Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah suatu keberkahan
Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat
Boleh jadi sampai sekarang engkau belum dikarunia anak itu adalah kebaikan dalam hidupmu.
Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi ternyata itu baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui Sedangkan engkau tidak mengetahui.

Sebab itu, jangan engkau merasa gundah terhadap segala sesuatu yang terjadi padamu, karena semuanya sudah atas izin Allah

Jangan banyak mengeluh karena hanya akan menambah kegelisahan.
Perbanyaklah bersyukur, Alhamdulillah, itu yang akan mendatangkan kebahagiaan.
Terus ucap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya.

Selama kita masih bisa tidur tanpa obat tidur, kita masih bisa bangun tidur hanya dengan satu bunyi suara, kita terbangun tanpa melihat adanya alat-alat medis yang menempel di tubuh kita, itu pertanda bahwa kita hidup sejahtera.
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, ucapkan sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya.

Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantuimu. Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah.
Namun lihatlah ke atas karena di sana ada Allah yang membuatmu bahagia.

Tidak harus banyak teman agar engkau menjadi populer, singa sang raja hutan lebih sering berjalan sendirian. Tapi kawanan domba selalu bergerombol.
Jari-jari juga demikian; kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, semuanya berjajar bersampingan kecuali jari jempol dia yang paling jauh diantara keempat itu.
Namun perhatikan engkau akan terkejut kalau semua jari-jari itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik tanpa adanya jempol yang sendiri yang jauh dari mereka.

Karena itu, sebenarnya yang diperhitungkan bukanlah jumlah teman yang ada di sekelilingmu akan tetapi banyaknya cinta dan manfaat yang ada di sekitarmu, sekalipun engkau jauh dari mereka.

Menyibukkan diri dalam pekerjaan akan menyelamatkan dirimu dari tiga masalah; yaitu kebosanan, kehinaan, dan kemiskinan.
Aku tidak pernah mengetahui adanya rumus kesuksesan, tapi aku menyadari bahwa "rumus kegagalan adalah sikap asal semua orang".

Teman itu seperti anak tangga, boleh jadi ia membawamu ke atas atau ternyata sebaliknya membawamu ke bawah, maka hati-hatilah anak tangga mana yang sedang engkau lalui.

Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis, karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali.
Berlapang dadalah, maafkanlah, dan serahkan urusan manusia kepada Tuhan, karena engkau, mereka, dan kita semua, semuanya akan berpulang kepadaNya.

Jangan tinggalkan sholatmu sekali pun. Karena di sana, jutaan manusia yang berada di bawah tanah, sedang berharap sekiranya mereka diperbolehkan kembali hidup mereka akan bersujud kepada Allah SWT walau sekali sujud.
Jangan selalu bersandar pada cinta, karena itu jarang terjadi.
Jangan bersandar kepada manusia karena ia akan pergi.
Tapi bersandarlah kepada Allah SWT, Tuhan YME, karena Dialah yang menentukan segala nya... Aamiin 🙏😇

Model Pembelajaran Kooperatif TSTS







Guru di tuntut untuk lebih kreatif dalam mengajar, seperti memanfaatkan media dan model pembelajaran yang asyik dan menarik yang membuat peserta didik betah dan nyaman di kelas, beberapa waktu yang lalu saya melakukan supervisi ke kelas ada beberapa guru yang memang sudah kreatif dalam memanfaatkan model pembelajaran, tidak melulu ceramah dan mencatat, banyak sekali model pembelajaran yang bisa di adopsi oleh guru, model model pembelajaran yang kooperatif.

Seperti salah satu contoh pembelajaran yang dilakukan di kelas VIII ini Mata Pelajaran SKI Oleh Bapak Dedi M Firdaus, S.PD.I guru di MTs Al-Farabi Kecamatan Arjasari, beliau menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS. Luar biasa peserta didik aktif, guru tidak terus "gogorowokan". Guru hanya mengarahkan saja, ternyata setelah di gali, begitu banyak potensi peserta didik banyak yang mau dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Apa itu model pembelajaran TSTS?

Mungkin model pembelajaran yang satu ini sudah tidak asing di telinga beberapa guru namun mungkin ada juga guru yang belum tahu.

Model pembelajaran TSTS itu sendiri singkatan dari Two Stay Two Stray. Yaitu Dua Tinggal Dua Tamu.

Dengan langkah langkah pembelajaran sebagai berikut:
  1. Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa.
  2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing diantara dua kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
  3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka.
  4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
  5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada:
  1. Kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
  2. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. 
  3. Siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. 
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar.

Madrasah Hebat Bermartabat

Good 
Lanjutkan..

Vidio nya gak bisa di upload eung...

Jumat, 16 Maret 2018

Kakek Penjual Jamu




Ada pertanyaan dalam hati siapakah kakek itu? Bahkan pernah terbesit dalam hati, ingin sekali kali membantu atau sekedar ngobrol dengan beliau, jadi penasaran karena setiap kali melewati jalan itu pasti bertemu dengan seorang kakek yang mendorong sepeda di jalan menanjak. Entah apa yang di bawa nya yang pasti kelihatan nya sangat berat.

Pada suatu hari ternyata takdir mempertemukan kami, ngobrol lah kami dan ternyata Kakek itu berjualan jamu godok, yang sudah ditekuninya berpuluh puluh tahun yang lalu, demi menghidupi keluarga nya, dengan keberadaan yang sudah tidak muda lagi Kakek ini masih semangat mengais rezeki dengan berjualan jamu tradisional. Dan Alhamdulillah nya masih banyak pelanggan kakek ini, di tengah keberadaan makanan dan minuman suplemen yang modern, Kakek ini masih setia dengan mengodok jamunya sendiri, ramuan nya di datangkan dari Wonogiri. 

Walaupun harus berjalan berkilo kilo meter dan mendorong sepeda tidak kelihatan sedikitpun mengeluh, setelah di tanya ternyata usia Kakek ini telah menginjak 85 Tahun, sudah saat nya Kakek ini untuk beristirahat menikmati masa tua, namun Kakek ini masih semangat menjalani kehidupannya dengan berjualan jamu demi menghidupi keluarganya. 

Semangat terus Kakek semoga rezeki yang di dapat berkah. Sehat selalu..

Ada pelajaran yang berharga dari perjalanan hidup Kakek ini yaitu semangat dan pantang menyerah, hidup sudah susah jangan lagi di buat susah. 

Senan tiasa bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan.

Bismilahirohmanirohim tiga ratus kali dalam sehari seusai sholat itu yang selalu di wiridkan.. (Dzikir) nya. 

Terima kasih Kakek mengispirasi sekali.






Kamis, 15 Maret 2018

KANGEN MEDIA PEMBINAAN







Masih adakah yang menyimpan Media Pembinaan edisi jadul??

Ini lho Majalah Bulanan favorit kita semua pegawai Kementerian Agama.

Ada beberapa tipe pegawai berkaitan dengan Majalah Media Pembinaan ini diantaranya:
1. Ada yang diambil saja tanpa di baca.
2. Ada yang tidak pernah ngambil sama sekali apalagi membacanya.
3. Ada yang di ambil lalu di baca seperlunya.
4. Ada yang inten tiap bulan nunggu karena rajin nulis artikel dan di kirim ke MP, dengan harapan di muat.

Hayo kamu termasuk yang mana?

Kalau ada yang aktif mengambil majalah ini dan membacanya, pasti masih ingat dong dengan foto foto diatas.

Di MP itu ada beberapa tulisan saya yang di muat... Pasti sudah pada lupa..

Alhamdulillah, pengalaman yang sangat berharga, pepatah bilang pengalaman adalah guru yang paling berharga. 

Sempat di tolak juga karena tulisan anda tidak layak untuk di muat terlalu beresiko.

Sempat putus asa gak mau nulis.. 

Tapi kegagalan adalah kebehasilan yang tertunda, saya coba lagi mengirim artikel berikutnya walaupun dengan perasaan deg deg plash.. 

Takut di tolak lagi.

Saya tunggu MP edisi bulan mendatang, Alhamdululah tulisan di muat, dan saya di kabarkan untuk cek rekening ternyata dapat honor.. Oh My God saya tidak menyangka, walaupun tidak seberapa tapi ada kebanggaan tersendiri dan sumpah mengharu biru...😁😁😁

Wah saya jadi ketagihan dengan honor nya.. Saya coba lagi mengirim  artikelnya..di muat lagi dan lagi..

Mudah kok cara mengirimkannya.
  1. Naskah di tik rapi 1,5 spasi maksimal 2 halaman.
  2. Diketik memakai Mictosoft Word dengan tulisan time new roman.
  3. Naskah harus sudah keterima selambat lambatnya tanggal 5 awal bulan
  4. Naskah dikirim lewat email mp _depag@yahoo.com

Tapi sayang sudah beberapa tahun ini kok saya tidak melihat media pembinaan ini. Masih adakah?? 

Mau dong honor nya...😄😄




Bermuka Dua

Mari kita cermati teman teman di sekitar kita adakah yang seperti ini?

  1. Menonjolkan kemampuannya (sok pintar) di depan atasan atau teman teman yang lainnya. 😁😁 Padahal kemampuannya mah standar standar saja... 😷😷
  2. Over acting, offside,  berperan paling sibuk di depan atasan.
  3. Berpura-pura baik, padahal itu hanya sekedar asas manfaat untuk mengorek informasi.
  4. Menjelek-jelekan dan melaporkan teman reman kerjanya di depan atasan, dan takut tersaingi.
  5. Sok akrab, padahal dibelakang menikam.
  6. Setuju-setuju saja, yes Sir! yes Mom!, padahal mah cari aman...😄😄
  7. Siap menerima tugas apapun,..😕😕 padahal belum tentu bisa.
  8. Memuji secara berlebihan, padahal dihatinya tidak demikian.
Dan masih banyak lagi...


Nah itulah Ciri – Ciri Orang Bermuka Dua teh, alias Penjilat.

Dalam hadits, riwayat Imam Abu Dawud dan Muslim, Rasulullah SAW menyatakan,”Seburuk-buruk manusia adalah yang bermuka dua. Datang di satu kesempatan dengan satu muka, dan pada lain kesempatan datang dengan muka yang lain.”

Pada hadits lain Rasullullah SAW bersabda : “Menjilat bukanlah termasuk karakteristik moral seorang mukmin.”  Budaya menjilat bukan budaya seorang mukmin. Bahkan, sebenarnya budaya ini lebih dekat pada karakter seorang munafik.

Ada dua pesan yang bisa kita ambil dari Hadits tersebut.

  1. Kita dilarang menjadi pribadi-pribadi munafik. Pribadi yang bermuka dua.
  2. Harus teguh dalam berpendirian, dan konsisten dengan kebenaran yang telah diyakini, tanpa dapat tergoyahkan. 


Allah SWT sangat membenci orang yang bermuka dua.
Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang bermuka dua. Aamiin

Wallahu'alam

Sampaikan ke Dylan yang berat itu bukan Rindu tetapi bermuka dua..😁😁

Satu muka saja tidak terawat apalagi dua muka.😅😅😅

Jadi muka itu di rawat bukan di edit..

 Wei sudah sadar belum? Sadar ngapa cape tahu...!

 

 







Selasa, 13 Maret 2018

Teman Apa Teman?



“Kamu adalah sutradara terhebat. Saking hebatnya, aku pun tak mampu memahami jalan cerita yang kamu perankan. Namun aku yakin, ALLAH SWT, sang produser kehidupan ini akan segera bertindak atas perbuatan mu  itu”


Manusia adalah makhluk sosial, yang kehidupannya tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain, dimana antara satu orang dengan orang lain saling membutuhkan, baik dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Sebagai seorang makhluk sosial maka sepantasnyalah kita bisa menempatkan diri kita ditengah masyarakat sebagai orang yang bisa bermanfaat bagi sesama, termasuk dalam masalah pergaulan.

Dalam pergaulan sehari-hari tentunya kita akan sering berinteraksi dengan teman-teman dekat, baik teman di lingkungan rumah, kantor maupun teman dalam organisasi.

Tidak dapat dipungkiri keberadaan teman sangatlah penting dalam kehidupan kita, namun kita pun perlu memilih mana teman yang pantas dijadikan teman.


Melihat pepatah lama lagi entah siapa yang mulai Sebelum Memilih Teman Perhatikanlah sifatnya.

Sifat adalah karakteristik psikologis yang berasal dari dalam diri seseorang.

Setelah sekian lama kita menjalani hidup betapa banyak teman yang kita miliki, dari beberapa teman yang kita miliki, masing masing memiliki sifat sifat yang berbeda ada sifat positif dan sifat negatif, atau tergantung kepada kita menyikapi sifat sifat tersebut, tentunya bertemanlah kita dengan orang orang yang memiliki sifat positif sesuai anjuran Hadist Nabi.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:”Seseorang itu mengikut atau menurut agama (cara hidup) temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang diantara kamu melihat terlebih dahulu siapakah yang sekiranya pantas atau cocok dijadikan teman.”

“Bergaullah dengan orang-orang yang baik, niscaya engkau akan menjadi seorang yang selamat” “(Namun) cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka niscaya engkau akan menyesal (selamanya).”

Nah dari pada menyesal kemudian sebaiknya kita selektif dalam memilih teman.

Tidak sedikit teman yang bermuka dua, didepan baiknya minta ampun di belakang habis kita di telanjangi.

Dari beberapa teman yang kita miliki tentu ada beberapa teman yang memiliki sifat seperti:

1.      Mudah Bergaul
Orang ini biasanya disukai banyak orang karena sikapnya yang menyenangkan namun tidak membuat orang lain kesal.
2.      Sombong
Banyak orang sombong dan mencoba menganggap bahwa dirinya lebih dari siapapun. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi sombong. Sayangnya banyak orang yang menyatakan bahwa sombong merupakan tameng seseorang untuk bisa dihargai atau dihormati. Padahal itu salah besar...
3.      Labil
kondisi di saat seseorang mudah berubah keadaan perasaan dan kejiwaannya, dari sedih berubah menjadi marah, sering marah-marah dikarenakan sesuatu yang tidak jelas, dan sikap-sikap lainnya. 
4.      Optimis
Keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.
5.      Pesimis
Mereka yang memiliki sifat ini kurang percaya diri, tidak bisa mengambil keputusan, dan selalu melihat segala hal dari pkitangan yang negatif saja. Orang pesimis tak jarang membuat individu lain malas untuk membuat orang pesimis tergugah.
6.      Humoris
banyak teman yang senang  dan nyaman dengan  orang yang memiliki sifat humoris dikarenakan sifat humoris cenderung menghibur.
7.      Minder
Perasaan minder adalah sifat yang harus kita tinggalkan. Minder menimbulkan banyak kerugian,  tanpa disadari akan menghancurkan diri kita sendiri.
8.      Rendah Hati
Rendah hati merupakan sikap positif yang harus dimiliki semua orang. Bagi dirinya, apa yang ia bisa atau ia miliki belum tentu lebih dibanding orang lain sehingga tetap menjaga sikapnya.
9.      Jujur
Sifat yang satu ini sangat sulit didapatkan terutama pada jaman sekarang ini. Jujur merupakan sifat terbuka dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada orang lain.
10.  Dermawan
Bagi kita yang senang memberi kepada orang yang membutuhkan berarti kita adalah seorang dermawan. Dimana kita senang dan tanpa pamrih memberi orang lain.
11.  Pelit
Jika ada dermawan maka kebalikannya yaitu pelit. Siapa yang tidak senang bersama orang pelit ? bahkan lebih menyebalkan jika ia pelit terhadap dirinya sendiri.
12.  Keras Kepala
Menemukan orang keras kepala sangatlah banyak. Dimana sifat ini cukup menyebalkan, membuat banyak orang sulit mengatakan apa salah mereka dan membuat mereka berkaca.
13.  Bijaksana
Sifat bijaksana adalah sifat yang tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati.
14.  Sopan
Perilaku yang mencerminkan kebaikan dan keramahan kepada orang lain, terutama orang yang lebih tua umurnya dari kita.
15.  Berjiwa Besar
Lapang dada atau berjiwa besar merupakan salah satu sifat yang jarang ditemukan disemua individu. Bisa bersikap ikhlas dan lapang dada bukanlah perkara yang mudah. Terutama ketika hal yang menimpa kita adalah masalah besar atau tidak tertoleransi. Tentu berlapang dada adalah pekerjaan besar.
 16.  Sulit memaafkan
Untuk kita yang sulit memaafkan baiknya tinggalkan sifat ini. Karena semua orang berhak salah dan suatu kali kita juga akan salah. Sulit memaafkan juga akan berimbas pada kita ketika kita punya kesalahan dan orang lain tidak akan memaafkan. Yang ada sifat ini justru merugikan diri kita sendiri.
17.  Perfeksionis
Perfeksionis atau reformer merupakan mereka yang sangat rasional dan juga idealis. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki jiwa kuat dan benar-benar membedakan antara benar dan salah tanpa toleransi. Bagi orang perfeksionis, salah adalah hal yang tidak boleh dilakukan.
18.  Sensitif
Terlalu sensitif merupakan sifat beberapa individu yang membuat orang lain malas atau menghindari sekali bertemu dengan mereka. Orang yang terlalu sensitif tidak akan bisa bergaul dengan bebas dan bertemu dengan orang yang sesamanya, hingga mereka berdua sama-sama tersinggung dan akhirnya menyendiri.
19.  Egois
egois merupakan salah satu sifat yang buruk dimana ia selalui ingin menang sendiri dan memikirkan diri sendiri saja.
20.  Ambisius
Ambisius merupakan sifat manusia dimana ia senang menunjukan target dan akan mencapainya dengan cara apapun. Bagaimanapun caranya ia ingin bisa mengabulkan keinginanya. Sayangnya orang ambisius seringkali memilih jalan yang salah, dan akhirnya merugikan diri sendiri dan banyak pihak. saha tah? ngacung!!!

Dan masih banyak lagi sifat sifat yang lainnya, silahkan tambah kan sendiri, kita termasuk orang yang memiliki sifat yang mana, dan teman kita memiliki sifat yang mana.berhati hati lah dalam memilih teman.


 Nyambung gak ya....???

by the way mudah mudah an saja bermanfaat especially for me

Sabtu, 10 Maret 2018

Weed in the Garden


The devil’s daughter
Do we have a deal, little girl?” he asked her with a smirk on his face. She looked at the stranger wide eyed and weary, nodding her head frantically. She wasn’t quite sure what she was saying yes to but she just wanted out of there. She just wanted to get away before something bad happened, before this man did something she wasn’t prepared to live with.
“Now wait a moment, little girl” the man said calmly. “You have to know what you are saying yes to” he emphasized the last word as if he really wanted to spell it out for her. She didn’t like the look he had in his eyes. It was the same look she had seen million times before in the eyes of someone else, someone she didn’t want to remember. The muddy floor smeared her white cotton dress dirty. “I can  show you ,right here, what you have in wait for you” the man’s smirk turned into a wicked grin.
“I don’t mind”, he said.
She was shivering from top to toe and she couldn’t stop. She bit her lip and hugged her knees.
“I don’t know” she wasn’t paying attention to his words. She knew she had to, but she believed there were slim chances of anything truthful coming out of a mouth like that. She had to run, but she knew it wasn’t possible. He would find her if he wanted to and what she wanted he might be able to provide.
“Do you want me to show you?” he huddled down in front of her and touched his crouch with his right hand. It reminded her a little of the old Michael Jackson move, except this man wasn’t dancing.
Or perhaps that was exactly what he was doing?
I don’t want you to show me anything” she said finally. “I have seen enough, more than enough but I don’t believe you. I don’t believe you can do any of the things you are promising me” she hiccuped but she was calm enough, collected enough, to face him. “I don’t believe you” she said firmly.
He smiled.
It wasn’t a kind smile but it wasn’t a cruel smile either. It was possibly the kindest smile he could pull of. “I don’t blame you” he said. “I guess in your shoes I wouldn’t believe me either” he snorted an involuntary laugh.
“I won’t lie to you” he said after a moments silence. “I make deals with a lot of people. All I crave is to make people’s lives the way they want it to be. It’s not my fault that people are the way they are. That they want the things they want. I just provide a service. It’s up to the individual to make up their own mind, to either sit on their hands and their longings or do what it is they feel they need to do. The man in that house, your home, is one of my clients. I admit that. I provided a service for him years ago. I’ve been providing. And wickedly you are a part of that deal. But deals run out, they change, people don’t hold up to their end of the bargain. Or the bargain becomes outdated. So believe me when I say that I can make this deal with you. And I will hold up to my end of the bargain as long as it is necessary. You don’t have to trust me. You just have to hear me out.”
He stopped talking and sighed. There was a hint of regret in his tone when he started speaking again. I’m not bad, really. I’m just neutral. I don’t do evil. People do evil. I’m just an empty conduit. My goal is twofold: to keep on existing and to pluck as many souls for my garden as I can. It’s a compulsion I can’t control just as the man in there can’t control himself. You, on the other hand, are in full right to fight back. You have the right to make deals of your own and to fight him with every fiber of your being. I can give you the power and the means to do exactly that.”
She was staring at him intently, she saw dishonesty in his eyes but didn’t know what it was he wasn’t telling her the truth about.
“Are you telling the truth?” she asked calmly.
I never lie” he said. “I may not always tell the entire story but I never lie”.
She stared at him. He looked so young. He looked like he couldn’t be more than five years older than she was and yet he acted like an old man. His hair was dark as the night, neatly cut with a single lock of hair falling into his eyes and he moved his head quickly to the right so the lock would be thrown back.
It was such a human thing to do, she thought.
“Can you take me with you?” she asked, quietly whimpering.
The man looked startled. He sat down forcing his boots from underneath him with an awkward movement. He looked at her as if he was re-evaluating her and she knew his evaluation wouldn’t do her justice. She was just a skimpy little fifteen year old with hell on her back.
“From where I’m sitting,” she said to try and strengthen her case.  “You owe me. If it wasn’t for you and your damned deal with the man in the house, my home, I would never have existed so in a weird and twisted way I am your daughter.”
He had such delicate features the man, she noticed as he frowned.
“Daughter” he mumbled, he sounded as if he was pronouncing a word he didn’t know.
“Daughter” he said again but this time there was mockery in his voice.
“You’re not my daughter” he said in a whisper.
“Would I have sent my daughter into that house?” he laughed but there was no feeling in the laughter.
“Yes” she said flatly.You do everything for the souls and from the first moment he touched me his soul was yours”.
“I wish I could show you my garden” he whispered after a while of silence. “The magnificent view from the top of my tower. It makes the heart ache and I get tears in my eyes every time I stand there. The darkness has so many shades, so many different colors. There isn’t anything in the world more beautiful. And I’ve seen it all.”
He stopped speaking for a little while. Standing in the top of his tower, in his mind, welcoming the beauty. Looking into the depths of what kept him going, day after day, week after week, month after month, year after year, decade after decade… and so on and so forth into eternity which stared him in the face each morning.
“I wish I could show you. Then you would know why I’m never sorry. These people do horrible things to each other and in my garden they are kept out of circulation. They are my flowers until the day comes that everything is no more. And that day will never come I’m sure.”
She wanted to put her hand on his, to console him but she knew that would be a mistake.
“He told me I would like it” she started. “The first time he did it to me. I remember he had such a condescending tone in his voice. I knew I was in trouble right away. He said I would like it and he asked me to climb in his lap, to sit there as still as I could. So I did. I always did what he told me to. I don’t know why.”
She noticed a look on his face but continued.
He started gently enough. But it was always scarier when he was gentle. It was as if he expected me to like it too. As if he demanded that I did. I can’t remember how old I was. It’s as if this has been going on forever. And yet it hasn’t. I know a time exists where this  didn’t happen but I can’t get there. I can’t be in the past. When I started struggling he became violent. And I preferred that, so I kept on defying him. Gently so that I wouldn’t get killed. I never wanted to die. I still don’t but…”
She hiccuped. The memory smelled like rain after a thunderstorm.
I’d rather be one of your flowers” she finished. There was a tear in her eye.

He reached out his hand and wiped it away.
You were the only way he had towards any kind of power. People often do anything to feel powerful. Fucking you was his way to feel powerful. His way to live”.
“Perverted swine” she said and the expression on his face meant that he knew she wasn’t only speaking of the man in the house but the one sitting opposite her in the moment.
“Yes, I guess you’re right” he said.
He locked me up in his cellar. Sometimes for weeks. He gave me food and told me he would only let me out if I did the things he wanted me to. He wanted me to act a special way and do special things for him. And if I wanted to get out into the sunlight I had to do these things. I had to grovel in the dirt. And I realized that for the right person I would have gladly groveled in the dirt and done all those things but not there and not for him. He made beautiful things feel grotesque. He could ruin the sun by just looking at it.”
“Just like me” the man said in a louder voice than he had intended.
She stared at him for a moment that felt like forever. Stared at his hair, his eyes, his lips, his nose. Frantically searching for something within him.
“Is that what evil is?” she asked him suddenly, quiet as the dew.
I guess. When you do something to change the world of another person for the worse, in a way that the person doesn’t want, you are doing selfish acts. I guess, in the simplest terms, that’s what evil is. You shouldn’t take my word for it though. I have no grasp of the concept. I only know what I am.”
He stood up and strolled back and forth on the muddy floor which dampened the sound of his steps.
“Do you hate me for providing the conduit for what he did?” he looked at her and for an instant she believed she saw regret in his eyes but it vanished quickly like a dying light in the night.
“I hate you” she said.
It’s such a simple equation” he said. “People do bad things to other people. They change their innocent view of the world. They change their inner spirit, slowly but surely. In the end these people, these victims, start to change the world for others. Start to do bad things themselves. Not all of them. It’s avoidable but it’s a likely scenario.”
“The violated become violent” she said as she stood up as well. “Will I become like that?” she asked.
It was such a simple question.
“Probably” he said.
He ran his hand through his hair and turned around to face her.
“I wouldn’t mind being a flower in your garden” she said sniffling.
He looked at her, again as if he was re-evaluating her again. She let her white muddy dress fall and stood naked before him. It was such a simple movement. Such a simple act but it startled him. Yet he showed no sign of surprise. No sign of amusement or of bafflement.
He stepped closer to her and laid a hand on her breast gently. His hand was ice cold and she couldn’t help but to step away from him, no matter how much she wanted to stay put, stay still.
“Isn’t his touch much better?” he asked her simply. “Isn’t he to be desired over this?”
She frowned and felt an old embarrassment rise within her.
“Do I have to choose between the two?” she asked him angrily.
Do I not have the power to pick up my dirty dress and walk out of this godforsaken place, with my dirty soul and my dirty body?” she shriveled up and fell to the ground, the mud smearing her buttocks brown.
“You can go” he said.
The silence between them was painful for her. It made her entire body shiver and her soul twist. He was hard again. He was as he had been when he first came into the stall and confronted her. Asked her if she wanted a deal with him. Asked her if she wanted all her dreams to come true.
“But, little girl, you won’t” he said finally.
It was like a hay fork had been thrown at her, as if it had pierced through her body, pierced through her heart.
“So you will make me what he is?” she asked simply. “Will I become a grotesque monster like him? Hiding in the midst of everyone doing things people vomit when they hear of it. Wen they realize it’s happening next door? You will make me like him” her last words sounded like a simple statement although she was desperately pleading.
“You will never be like him. To each his and her own. You won’t become what you fear the most but you can become something others loath and fear. But evil isn’t only in those who are hated. Evil is in everyone.” He said this so simply, as if he was telling her that the weather was pleasant or the cat was out. She hiccuped and fought the tears with everything she had. They gathered like a soar lump in her throat and she had to pull everything she had together to be able to speak.
“I don’t believe you” she said quickly. “You’re lying.”
“No” he said. “I’m not lying. I am incapable of lying. When I say something you can belief, it is what I belief. I am, on the other hand, no god. I can be wrong.”
She wasn’t listening to him. She buried her face in her hands and shaking it frantically.
“You’re lying, you’re lying, you’re lying” she mumbled to herself.
He walked over to where she sat naked on the ground, stopping right beside her. His face was hardened but the lock of hair was stubbornly hanging over his forehead.
“Do you want to tell me more about what you’ve gone through? Do you want to sit down there in the dirt wallowing?” he spat the words out of his mouth.
“You can sit there feeling sorry for yourself. You can blame me for everything if you like. I am not your father, but it is my fault you are here, in this place with him. But if you are just going to wallow you will never move on. You will stay miserable in this place forever groveling in the dirt for someone you are never going to want to grovel for and in the end it will either make you a miserable ghost of a human being or it will turn you into a murderer, a mad woman” he made a face but she was unable to see the irony in his expression, unable to understand because she had forgotten.
“The choice is yours” he said.
His voice was hard as stone and he pushed her with his boot. He didn’t kick her but he pushed her hard enough for her to winch. She didn’t move, for an instant she stayed there with tears running down her cheeks. Then she stood up, brushing the dirt of her thighs and her ass. She crossed her hands over her chest, childlike, and stared at him. Her face was as stone ridden as his.
“Is that how you convince people they need to become the doer, the people doing something nasty so they will turn into one of your precious little flowers?”
One corner of his mouth raised but he fought the urge to smile.
Yes. That’s how I do it. I told you I am not the good guy. I play people together. I turn them and I twist them and things become what they become. I don’t force anybody into anything. I just play with what is already there. I am a power and not a man as you see me.”
“So there is no use getting angry with you?” she asked suddenly smiling.
“And I guess you don’t care that I am naked before you?”
He was a bit startled at her joke. He wasn’t used to people making fun of him. Especially little girls who were supposed to be easy target. A target in a trap he had already set to trigger.
But he knew very well that she wasn’t quite like the rest of them.
What will come of you?” he asked her as she picked up her dress. She frowned and fondled the dress between her fingers. She was about to put it on when he took it away from her and threw it up in the dirt.
“This is not your dress” he said. “You don’t belong in a white, smudged dress that makes you look ten and not fifteen. You should rather be naked. You should walk with your head  held high. Be proud. You should become whatever it is you are bursting to be. Cry if you like. Swear if you like. Kill if you like, it’s all the same to me. In the end you will either end up in my garden as one of my most beautiful flowers or you will tread another path.”
“Will I see you again?” she asked him almost longingly.
“I’m sure you will.”
There was a hint of finality in his voice.
“I will” she said and walked towards him. “I will and I will take my fate into my own hands. I will go away from here and become whatever it is I should be. And although there are evil people in your garden I am sure that there are many good too. That’s why you think it’s so beautiful. And I’m sure that if I become good I will still be allowed to become one of your flowers?” she kissed him on the cheek gently.
“Goodbye” she said and ever so slowly she walked out into the darkness without waiting for his answer.
He could see her skin glistening as she walked slowly down towards the highway. His eyes turned red but he watched her walk down the road with her head high. A tear tickled his cheek and he brushed it off quickly.
“I’ll see you later” he whispered and turned his eyes towards the house, her former home. It was time to collect one of his uglier flowers. He smiled contently because the weed made the others prettier still. There was no such thing as a perfect garden without the weed, he thought. He moved quickly from the stall and into the house. It was time to collect the soul of the man that had just been murdered.
He wasn’t sure that the simple deed would guarantee her a place in his garden. He was sure she didn’t remember. Perhaps later she would. It didn’t matter to him. He was happy to see her take her fate in her hands without his help. She would earn a place beside him one way or the other, her own way.
He smiled contently and swept the soul from the man’s last breath before it went free sweeping through the atmosphere and upwards.
Now it was time to go home.
 By Mira

Bersabarlah Selalu ada ujian yang akan menghantarkan kita menuju keberhasilan. apapun itu bentuknya sudah sebaiknya kita menerima dengan leg...